Tips Juara (#7): Menjadi Seperti Habibie (ada 6 sifat teladan)
16 Maret 2013 Tinggalkan komentar
Menjadi Seperti Habibie
Pembaca budiman, sudahkah anda menonton film Habibie & Ainun? Habibie adalah mantan Presiden ketiga Republik Indonesia yang hanya sempat menjabat sekitar 2 tahun kurang, setelah presiden sebelumnya, Bapak Suharto lengser ke prabon.
Habibie atau lengkapnya Baharuddin Jusuf Habibie (Rudy) adalah putra Indonesia yang sangat brilian, pintar dan pekerja keras. Amat disayangkan, bangsa ini telah menyia-nyiakan beliau sedangkan di Jerman beliau sangat dihormati, baik oleh kalangan perusahaan swasta maupun pemerintahan.
Saya berkesempatan berkunjung ke IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) pada saat menjadi mahasiswa baru di ITB tahun 1995. Kalau tidak salah, saat itu pesawat N250 Gatotkoco asli buatan bangsa Indonesia baru terbang perdana, dan sedang diproduksi beberapa unit untuk memenuhi pesanan dari Thailand dan Vietnam. Saya dan kawan-kawan mahasiswa baru diberi kesempatan memasuki ruang kabin prototip pesawat, melihat-lihat dan bahkan menduduki kursi pilot di ruang kokpit. Mencoba handle kemudi, tuas kendali dan pedal kaki untuk pengendalian macam-macam fungsi penerbangan. Kita harusnya bangga karena prestasi membuat pesawat terbang sendiri dapat mengangkat martabat bangsa Indonesia di mata dunia internasional.
Baiklah, kita tidak mencoba membahas masalah politik dan krisis ekonomi yang membelit bangsa Indonesia tahun 1997-1998, yang mengakibatkan ditutupnya IPTN dan dihentikannya semua riset dan kegiatan memproduksi pesawat terbang. Kita akan membahas hal-hal positif yang dapat dicontoh dan diteladani dari Pak Habibie dalam hal mencapai prestasi dengan kerja keras.
Habibie adalah pekerja keras dan pantang menyerah. Walaupun menghadapi banyak persoalan matematika yang rumit ketika kuliah untuk kelulusannya dari studi doktor (S3), tetapi tetap dapat menunjukkan prestasi (achievement) di bidang riset yang diikutinya di perusahaan. Pada bukunya, Habibie & Ainun, beliau menceritakan bahwa waktu 1 hari dibagi antara tugas di kampus, tugas di perusahaan, dan tugas lainnya sehingga baru pulang ke rumah tengah malam. Sering harus berjalan kaki karena sudah kehabisan bus.
Habibie memegang teguh kejujuran baik selama studi, bekerja, sampai saat menjadi pejabat di republik ini. Ketika studi, beliau berterus terang kepada supervisornya, mengenai jadwal, assignment dan kegiatan bekerja. Termasuk saat mendapatkan tawaran pekerjaan yang menggiurkan, beliau tetap berkonsultasi dan meminta ijin dari supervisor beliau yang juga adalah atasan beliau di perusahaan yang membiayai riset pesawat terbang. Sampai menjadi pejabat di Indonesia pun, beliau menolak sogokan, gratifikasi, dan berbagai bentuk pelicin. Bandingkan dengan pegawai jaman sekarang, sulit mencari yang jujur seperti beliau.
3. Menyukai seni (otak kanan juga aktif)
Habibie juga suka mendengarkan musik, menyanyi bahkan menari (dansa). Di samping itu beliau juga suka drama seperti opera dan film. Kalau tidak suka, maka film Habibie & Ainun tidak mungkin ada, dan peran utamanya tidak akan sebagus itu. Ternyata Pak Habibie langsung mengawasi pembuatan film dan dialog yang dilakukan oleh Reza, pemeran Habibie dalam film tersebut.
Habibie selalu menyediakan buku catatan. Ke mana pun pergi, bahkan saat bertemu orang dan membuat janji, semua dicatat di dalam catatan. Apatah lagi kalau sedang kuliah atau belajar, tentu catatannya sangatlah banyak. Nah, bagaimana dengan siswa jaman sekarang? Saya geleng-geleng kepala kalau mengajar kuliah, karena mahasiswa tidak punya buku catatan. Kalau catatan saja tidak punya, apalagi buku cetak atau text book. Begitu ujian, kertas jawaban kosong melompong, sehingga gampang sekali menuliskan nilainya. Pada saat nilai akhir sudah dikeluarkan, mahasiswa ybs datang mengemis belas kasihan agar nilainya dinaikkan. Minta tugas lah, buat makalah lah, dll. Sungguh ironi.
Habibie tidak sungkan apalagi minder saat harus mempresentasikan teori, konsep, simulasi maupun hasil kalkulasinya, walaupun belum dapat dibuktikan dalam situasi real. Berani bersuara, atau berbicara, tentu saja didukung oleh rasa percaya diri yang kuat. Kepercayaan diri tersebut tumbuh dari banyaknya latihan dan membaca, sehingga inti permasalahan dan solusi menjadi sangat dipahami, sampai seluk beluk yang sedetil mungkin.
Habibie rajin berlatih, baik itu melatih daya pikir (otak) maupun fisik (otot) dengan berolah raga. Melatih daya pikir dengan belajar tidak usah ditanya, sudah itulah pekerjaannya sehari-hari, sebagai pemikir. Melatih fisik dengan olah raga, juga rajin dilakukan Pak Habibie. Saya masih ingat pada saat krisis moneter tahun 1998, beliau menjabat Presiden RI. Tidur hanya 2 jam sehari, namun tetap segar bugar. Hal ini karena beliau setiap malam selalu menyempatkan diri berenang, sehingga tubuh menjadi kuat. Jadi kalau mau kuat fisik dan otak, kuncinya adalah berlatih, berlatih, berlatih.
Nah, semua yang telah diuraikan di atas, adalah 6 poin Tips Juara yang sudah saya tuliskan dalam posting sebelumnya.Silakan dibuka kembali linknya.
Semoga bermanfaat.
Komentar Terbaru